Page Views

Sabtu, 12 Maret 2011

Ujian Mid Semester

Waktu sudah menunjukkan pukul 00.05 WIB. Tapi Lira masih berkutat dengan setumpuk buku IPA dan Matematika yang belum jelas kapan berakhirnya. Mata yang lelah menatap tulisan tidak mebuat Lira mengurungkan niat untuk terus belajar. Ini semua demi mencapai nilai tinggi di ujian mid semester besok.
Keesokan harinya pukul 06.00 WIB,
“Mamaa, kenapa ga bangunin aku? Mana udah jam 6 lagi, aduh bakal telat nih maa.”
“Salah kamu sendiri, kenapa kemaren begadang. Yasudah buruan mandi sana.”
Sambil merengut kesal, Lira pun segera mengambil handuk dan bergegas mandi. Waktu yang sedikit membuat Lira hanya bisa menggosok gigi dan membasuh tubuh dengan air saja. Jam 06.15, Lira pun bergegas berangkat menuju sekolah.
“Hei Ra, makan dulu. Ntar pusing waktu ujian,” mama Lira memanggil.
“Ga usah deh maa, udah telat banget nih. Dadaa maa. Doain Lira aja yaa.”
Tanpa mendengar omelan sang mama, Lira pun bergegas menyetop angkot. Jantungnya berdegap-degup karena takut akan terlambat datang ke sekolah.
Pukul 06.59 WIB,
Lira pun sampai di sekolah. Dengan tergesa-gesa, Lira pun segera membayar uang Rp 1000,- kepada supir angkot dan segera berlari menuju kelas ujian. Dilihatnya pengawas belum tiba. Dia pun segera memasuki ruang kelas dan berkumpul dengan teman-teman dekatnya.
“Hai Lira, tumben kamu datang telat. Biasanya rajin banget datang pagi-pagi,” sindir Pika.
“Iya nih, biasanya jadi pembuka gerbong sekolah. Hahaha,” tambah Mila.
“Hei kalian kok jadi nyindir gitu sih. Tadi malam tuh aku begadang buat belajar. Tau kan seharian kemaren aku ada perkumpulan klub gitu. Jadinya gitu deh,” jelas Lira.
“Ooooo,” kata Pika dan Mila.
Tak lama kemudian, sang pengawas pun tiba. Para siswa segera duduk di bangkunya masing-masing. Tanpa banyak basa-basi, pengawas pun segera menyuruh siswa untuk meletakkan tas ke depan kelas dan segera membacakan syarat-syarat selama ujian. Setelah itu, pengawas pun segera membagikan kertas ujian. Ujian pertama adalah ujian IPA.
Tak lama kemudian, semua siswa pun larut dalam soal-soal yang telah diberikan. Lira pun dengan antusias mengerjakannya karena dia sudah mempelajari bahan-bahan dari soal itu. Dalam waktu 1 jam saja, Lira sudah menyelesaikan semua soal. Dia pun memeriksa lagi semua jawabannya menjelang habisnya waktu ujian.
Waktu ujian pun habis. Pertanda ujian kedua akan dimulai, yaitu ujian Matematika. Semua siswa termasuk Lira pun kembali terhanyut dalam rentetan angka-angka yang sangat memusingkan kepala. Setengah jam kemudian, Leira merasakan perutnya mulai terasa sakit. Ya, penyakit mag-nya kambuh. Melihat Lira yang mengaduh-aduh kesakitan, pengawas pun segera menghampiri Lira.
“Ada apa nak?” tanya pengawas.
“Mag saya kambuh buk. Tadi pagi saya tidak sarapan,” jawab Lira sambil terus merintih kesakitan.
“Oh yasudah, mari ibu antar kamu ke ruang UKS. Ibu akan telepon guru piket untuk menggantikan ibu.”
Setelah guru piket datang, Lira dan pengawas itu pun segera menuju UKS. Di sana, Lira diberi minyak kayu putih dan segelas teh panas. Lira pun menceritakan mengapa dia tidak sempat makan pagi. Pengawas yang baik hati itu pun mendengar keseluruhan cerita Lira dan beliau memberikan nasehat.
“Lira, Ibu harap untuk ke depannya kamu bisa lebih mengutamakan hal-hal yang penting dulu. Jangan sampai pertemuan klub itu membuat kamu terpaksa belajar larut malam. Hal itu kurang baik untuk kesehatan.”
“Baik bu, saya mengerti. Saya akan berusaha lebih baik lagi bu,” janji Lira.
Lira pun bertekad agar lebih pintar dalam membagi waktu dan bisa mendahulukan hal yang lebih penting untuk ke depannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar