Page Views

Senin, 26 September 2011

Love Story About Us

Banyak orang yang mudah menyatakan cinta kepada orang yang dicintainya. Menyalurkan rasa cintanya kepada sang pujaan. Tapi tidak denganku. Aku termasuk kategori orang yang mungkin terlalu ‘gengsi’ menyatakan cinta pada orang yang jelas-jelas sangat aku cintai. Ibuku, ya ibuku. Dia adalah orang kedua yang selalu mengisi hatiku setelah Allah. Aku sangat mencintainya. Tapi aku tidak pernah bisa untuk menyatakannya, bahkan aku merasa hanya sebagai perusuh (pengganggu) saja. Seperti orang yang tidak berguna.
Bulan lalu, mamaku ulang tahun. Aku pun sudah mempersiapkan kado yang istimewa buat mama. Aku tahu beberapa hari ini, alat pemanas air automatic mama rusak akibat kena petir. Jadi aku berencana bakal pergi nyari alat itu bersama teman-teman yang sangat aku percaya.
Jam 9, aku dan teman-teman ngumpul di sekolah. Maklum sebagai anak kelas 9 yang sudah tamat, kami bebas berkeliaran dimana saja dan kapan saja. Maka langsung saja, aku dan temen-temen, Tila, Dina, dan Gava, segera mulai menjelajah pasar kota Padang.
Target pertama kami adalah pasar-pasar tradisional yang pastinya menjual alat elektronik. Ternyata ga ketemu. Kami ga nyerah. Kami terus mencari dari satu ujung ke ujung yang lain. Tepat jam 12, pencarian kami terhenti. Capek, gerah, panas bercampur jadi satu. Dina dan Tila pun bersiap-siap untuk out dari pencarian tak berhujung ini. Aku pastinya ga bisa melarang. Ini zaman demokrasi, setiap orang berhak menentukan pilihan. Alhasil, tinggalah aku dan Gava. Kami pun sepakat untuk nyari ke toko buku yang juga jual alat elektronik. Tempat pertama kami adalah SA (nama disamarkan). Sesampainya di sana, kami pun segera mengaduk-ngaduk tempat itu dan berpencar kesana kemari. Namun nasib tak bisa ditolak, kami tetap tidak bisa menemukannya. 
Jam 1-an, Gava mulai terlihat bosan. Dia pun langsung bilang pengen istirahat dulu. Maka kami pun jalan-jalan ke toko pernak-pernik yang kebetulan berada di seberang jalan. Tokonya bersih dan banyak barang-barang lucu yang menggemaskan. Namun perhatianku teralihkan pada sebuah tangga di ujung kiri. Seperti ada magnet antara aku dan tangga itu. Kupaksa Gava agar kami naik ke lantai 2. Awalnya Gava ga ngeh nanggapinnya. Tapi begitu melihat aku begitu penasarannya, kami segera naik.
Tak disangka-sangka, ternyata di lantai 2 itu kami menemukan PEMANAS AIR LISTRIK OTOMATIS itu! Tepat di depan kami. Tak bisa dibayangkan. Perasaan kami (terutama aku) terasa bercampur aduk antara haru dan kaget (iyadong, masa di toko pernak-pernik ada pemanas air?). Tapi aku bersyukur banget. Tanpa banyak basa-basi aku segera membeli pemanas air itu, tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Gava. Kalau tadi dia ga ngusulin ke tempat ini, pasti ga nemu-nemu deh. Thank you Gava :')
Sesampainya di rumah,
Aku langsung membungkus hadiah itu dengan kertas kado. Sebelum aku bungkus, tak lupa aku tuliskan HAPPY BIRTHDAY MOM! agar mamaku semakin senang. Mama yang baru sampai di rumah pun ga ngeh kalau aku lagi mempersiapkan kado untuknya nanti malam. Seperti biasa, mama membuatkan makanan untukku dan kami menjalani rutinitas layaknya tak terjadi apa-apa.

Tepat pukul 12 malam,

Aku yang tak henti-hentinya dari tadi menguap langsung terkejut mendengar alarm nyaringku berbunyi. Ya, jam itu memang kusetel jam 12 malam khusus untuk malam ini (takutnya ketiduran). Dengan jiwa bergelora ala Bung Karno, aku pun segera masuk ke kamar Mama dan menyanyikan lagu HAPPY BIRTHDAY. Mama yang tadinya tidur langsung tersentak bangun. Aku tau mama pasti kaget. Tak biasanya aku begadang seperti ini. Biasanya baru nemu bantal aja udah ngeces haha.
Mama yang terbingung-bingung tak kubiarkan berhenti penasaran. Tanpa babibu, aku langsung memberikan kado yang sudah dari tadi bersembunyi di punggungku. Mamaku yang melihat hal ini langsung tersenyum bahagia dan tidak lupa mengambil hadiah yang sudah kuberi tadi. Aku merasa ada perasaan yang lain saat melihat senyum indah itu. Walau diiringi mata yang ngantuk karena dibangunkan tiba-tiba, tapi tidak mengurangi ketulusan senyumnya. Ah, hatiku terasa hangat. Terasa damai. Rasanya tidak ingin menghilangkan senyum itu dari wajahnya. Tapi aku tersadar. Hari sudah larut. Maka aku pun kembali mengingatkan mama agar langsung tidur. Mama pun mengecup keningku dan tidur kembali.

Esok paginya,

“Happy Birthday Mama. Happy Birthday Mama. Happy Birthday Happy Birthday Happy Birthday Mama ! Happy Birthday yaa ma. Semoga selalu jadi mama yang the best! Hehe.” Ternyata kakakku yang baru saja menyenandungkan lagu Happy Birthday itu. Kulihat kakak memeluk mama dan mengatakan kalau hadiahnya ada di depan. Tanpa menunggu lebih lama lagi, kakak dan mama pun segera menuju ke depan diikuti oleh aku dari belakang.
Tiba-tiba kulihat,
Sesuatu yang menakjubkan! Bahkan hadiahku tadi malam berasa tidak berarti sama sekali. Tahukah kalian semua? DISPENSER! Biasa mungkin bagi kalian yang berada di kalangan atas. Tapi tidak untuk keluargaku yang sederhana. Mamaku sangat terharu dan memeluk kakakku kembali. Aku yang melihatnya langsung tertunduk dan kembali ke kamar.
Kubenamkan kepalaku ke bantal. Sedih, kesal, marah, cemburu, iri bercampur menjadi satu. Kenapa sih selalu kakak yang lebih mengerti apa yang dimau mama? Kenapa bukan aku? Padahal aku sama-sama anak kandung mama. Apasih yang salah dari diriku? Ku keluarkan semua air mata yang dari tadi mengganjal di pelupuk mataku. Karena kelelahan aku pun tertidur.
Siangnya,
“Va, makan bareng-bareng yuk. Mama udah beli KFC tadi di luar. Makan yuk sayang,” mamaku memanggil. Sambil mengucek-ngucek mataku yang sembap akibat menangis aku pun keluar dan segera duduk di meja makan. Dengan sigapnya, mama langsung mengambil nasi dan ayam untukku. Aku pun tanpa mau banyak menyusahkan langsung mengambil nasi dan ayam yang diambil mama untuk meletakkan saus dan tetek bengek lainnya. Kakakku mengambil sendiri nasi dan ayamnya. Kembali kumerasa diriku sangat menyusahkan. Kakakku yang memberi barang lebih mahal dariku saja mandiri, masa aku si anak ingusan ini menyusahkannya minta ampun? Otakku pun bercabang saat makan. 

Esok paginya, sesuatu yang tidak terduga,

“Aduuh.Uh uuh uuuh.”
“Papaaa! Mamaa paa ! Mama jatuuh! Paaaaaaaa!”
Aku yang masih dibuai di alam mimpi pun seketika terbangun ketika mendengar kakakku berteriak MAMA JATUH! Tanpa memedulikan rasa kantukku, langsung ku bangkit dari tempat tidur sambil berteriak “Mamaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”
Mama pun akhirnya berdiri dibantu kakak. Kakakku sambil setengah berteriak menyuruhku untuk mengambil korset karena mamaku mengatakan pinggangnya sakit banget. Tanpa menunggu komando lebih lanjut, aku segera berlari mengambil korset mama.
Tak lama kemudian, kulihat mama sudah terbaring di kamarnya dengan mengenakan korset. Kakakku yang juga merupakan seorang dokter langsung mengambil obat-obat yang dirasanya sangat perlu. Aku yang tak mengerti hanya melihat. Tak berani berkata, tak berani berbuat. Yang bisa kulakukan hanya diam dan melihat layaknya anak kecil yang tidak tau apa-apa.
Siangnya mama sudah agak mendingan. Aku yang menunggu sambil ikut tidur-tidur di sebelah mama pun mendengarkan ceritanya ketika jatuh di kamar mandi tadi.
“Aduh, mama gatau kenapa bisa jatuh. Lantainya benar-benar licin. Sebelumnya mama masih ingat kalau mama mau mengambil cucian, kakak saat itu masih mengaji, dan kamu sedang tidur. Tiba-tiba mama terjatuh, badan mama merasa melayang. Rasanya seperti ga di wc lagi. Mungkin itu adalah alam bawah sadar mama. Mama merasa lepas dari badan mama sendiri seakan mau melayang. Tapi mama tersintak ketika mendengar kamu berteriak mama. Rasanya mama terhempas kembali dan tersadar kalau mama masih di wc. Aduh, kalau ga ada kamu, gatau deh mama mau kemana tadi rasanya.”
Aku yang mendengar cerita mama, tersipu malu. Bukan bermaksud merendahkan diri, aku pun berkata,
“Tapi tadi Vany terbangun karena denger suara kakak bilang mama jatuh. Vany pun langsung kebangun dan tanpa sadar teriak mama, hehe. Untung mama ga melayang. Kalau melayang, Vany bakal iri banget nih soalnya Vany kan pengen banget bisa terbang hehe.”
Mamaku hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
“Kamu nih yaa, udah tau orang tua lagi sakit masih juga ngecandain. Ntar kalau mama kenapa-kenapa gimana?”
“Aduh mama sensi amat sih. Becanda kok maa hehe. Jangan dimasukin ke hati, ke dompet aja hahaa.”
“Huh kamu ini hobinya becanda terus. Tapi makasih banget tadi atas teriakannya ya sayang.”
Mamaku pun mengecup keningku. Aku tersenyum. Aku senang. Ternyata aku bisa juga menolong dan membahagiakan orang yang aku cintai. Ya, mamaku. I love you Mom! I love you so much. I hope I’ll never lost your smile in my life. I need you to accompany me in my future life.
Satu lagi,
Mama, aku sayang mama. Aku tau, mama pasti merasakan rasa sayangku pada mama walau aku ga bisa mengucapkan dengan kata-kata. Aku tau mama mengerti. Aku harap mama ga pernah berubah. Aku harap mama selalu menjadi mama yang selalu ada di sampingku. Selalu memimpinku dari depan, menyemangatiku dari belakang, dan menemaniku dari samping. I love you so much, Mom! 


2 komentar:

  1. kayaknya bagian ini kata katanya agak aneh deh len : Tanpa banyak basa-basi aku segera membeli pemanas air itu dan berterima kasih banget Gava.. ???

    BalasHapus
  2. nyehehe thank you kritikannya kak tifaaa :D udah aku edit :3

    BalasHapus